The Vigad

Abu Nawas yang nampak lucu dan sering menyenangkan orang itu ternyata bisa berubah menjadi garang dan ganas serta mampu membalas dendam terhadap orang yang mengusiknya

Debat Kusir

Melihat ayam betinanya bertelur, Baginda tersenyum. Beliau memanggil pengawal agar mengumumkan kepada rakyat bahwa kerajaan mengadakan sayembara untuk umum. Sayembara itu berupa pertanyaan yang mudah tetapi memerlukan jawaban yang tepat dan masuk akal. Barang siapa yang bisa menjawab pertanyaan itu akan mendapat imbalan yang amat menggiurkan. Satu pundi penuh uang emas. Tetapi bila tidak bisa menjawab maka hukuman yang menjadi akibatnya. 

Banyak rakyat yang ingin mengikuti sayembara itu terutama orang-orang miskin. Beberapa dari mereka sampai meneteskan air liur. Mengingat beratnya hukuman yang akan dijatuhkan maka tak mengherankan bila pesertanya hanya empat orang. Dan salah satu dari para peserta yang amat sedikit itu adalah Abu Nawas. 

Aturan main sayembara itu ada dua. Pertama, jawaban harus masuk akal. Kedua, peserta harus mampu menjawab sanggahan dari Baginda sendiri. 

Pada hari yang telah ditetapkan para peserta sudah siap di depan panggung. Baginda duduk di atas panggung. Beliau memanggil peserta pertama. Peserta pertama maju dengan tubuh gemetar. Baginda bertanya, 

"Manakah yang lebih dahulu, telur atau ayam?" "Telur." jawab peserta pertama. 

"Apa alasannya?" tanya Baginda. 

"Bila ayam lebih dahulu itu tidak mungkin karena ayam berasal dari telur." kata peserta pertama menjelaskan. 

"Kalau begitu siapa yang mengerami telur itu?" sanggah Baginda. 

Peserta pertama pucat pasi. Wajahnya mendadak berubah putih seperti kertas. ia tidak bisa menjawab. Tanpa ampun ia dimasukkan ke dalam penjara. 

Kemudian peserta kedua maju. la berkata, "Paduka yang mulia, sebenarnya telur dan ayam tercipta dalam waktu yang bersamaan." 

"Bagaimana bisa bersamaan?" tanya Baginda. 

"Bila ayam lebih dahulu itu tidak mungkin karena ayam berasal dari telur. Bila telur lebih dahulu itu juga tidak mungkin karena telur tidak bisa menetas tanpa dierami." kata peserta kedua dengan mantap. 

"Bukankah ayam betina bisa bertelur tanpa ayam jantan?" sanggah Baginda memojokkan. Peserta kedua bingung. la pun dijebloskan ke dalam penjara. 

Lalu giliran peserta ketiga. la berkata; "Tuanku yang mulia, sebenarnya ayam tercipta lebih dahulu daripada telur." 

"Sebutkan alasanmu." kata Baginda. 

"Menurut hamba, yang pertama tercipta adalah ayam betina." kata peserta ketiga meyakinkan. 

"Lalu bagaimana ayam betina bisa beranak-pinak seperti sekarang. Sedangkan ayam jantan tidak ada." kata Baginda memancing. 

"Ayam betina bisa bertelur tanpa ayam jantan. Telur dierami sendiri. Lalu menetas dan menurunkan anak ayam jantan. Kemudian menjadi ayam jantan dewasa dan mengawini induknya sendiri." peserta ketiga berusaha menjelaskan. 

"Bagaimana bila ayam betina mati sebelum ayam jantan yang sudah dewasa sempat mengawininya?" 

Peserta ketiga pun tidak bisa menjawab sanggahan Baginda. la pun dimasukkan ke penjara. 

Kini tiba giliran Abu Nawas. la berkata, "Yang pasti adalah telur dulu, baru ayam." 

"Coba terangkan secara logis." kata Baginda ingin tahu 

"Ayam bisa mengenal telur, sebaliknya telur tidak mengenal ayam." kata Abu Nawas singkat. 

Agak lama Baginda Raja merenung. Kali ini Baginda tidak nyanggah alasan Abu Nawas.

READ MORE - Debat Kusir

Kisah Cinta Rasulullah dan Siti Khadijah

Khadijah dilahirkan pada tahun 68 sebelum Hijriyah, di sebuah keluarga yang mulia dan terhormat. Dia tumbuh dalam suasana yang dipenuhi dengan perilaku terpuji. Ulet, cerdas dan penyayang merupakan karakter khusus kepribadiannya. Sehingga masyarakat di zaman Jahiliyah menjulukinya sebagai At-Thahirah (seorang wanita yang suci). 

Selain itu, Khadijah juga berprofesi sebagai pedagang yang mempunyai modal sehingga bisa mengupah orang untuk menjalankan usahanya. Kemudian Khadijah akan membagi keuntungan dari perolehan usaha tersebut. Rombongan dagang miliknya juga seperti umumnya rombongan dagang kaum Quraisy lainnya.

Khadijah binti Khuwailid merupakan isteri pertama Nabi Muhammad saw. Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Ia merupakan wanita as-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama masuk Islam). 

1. Memberikan Pekerjaan Kepada Muhammad

Lalu, suatu saat dia mendengar tentang Muhammad, sesuatu yang menarik perhatian Khadijah tentang kejujuran, amanah, dan kemuliaan akhlak beliau. Pada saat itu, Abu Thalib berkata pada keponakannya, Muhammad saw, 

"Aku adalah orang yang tidak mempunyai harta sedangkan kebutuhan zaman semakin hari semakin mendesak. Umur telah kita lalui dengan sia-sia tanpa ada harta dan perniagaan. Lihatlah Khadijah, dia mampu mengutus beberapa orang untuk menjalankan niaganya, sehingga mereka mendapatkan hasil dari barang yang diniagakan. Andai engkau datang kepadanya (untuk menjalankan niaganya) dengan keutamaanmu dibandingkan yang lainnya, tentu tidak akan ada yang menyaingimu, terutama sekali dengan kesucianmu.” 

Kemudian Khadijah memberikan pekerjaan kepada Rasulullah agar menjalankan barang dagangannya ke negeri Syam dengan ditemani anak bernama Maisarah. Beliau diberi modal yang cukup besar dibandingkan lainnya. 

Rasulullah menerima pekerjaan tersebut dan disertai Maisarahmenuju kota Syam. Sesampainya di negeri tersebut beliau mulai menjual barang dagangannya, dan kemudian hasil dari penjualan tersebut beliau belikan barang lagi untuk dijual di Makkah. 

Setelah misi dagangnya selesai, beliau bergabung dengan kafilah kembali ke Makkah bersama Maisarah. Keuntungan yang didapatkan Rasulullah sungguh berlipat ganda, sehingga Khadijah menambahkan bonus untuk beliau dari hasil penjualan tersebut.

2. Muhammad Menikah dengan Khadijah

Sesampainya di Makkah, Maisarah menceritakan perilaku baik Muhammad yang dilihatnya dengan mata kepala sendiri. Khadijah merasa tertarik dengan cerita tersebut dan segera mengutus Maisarah untuk datang pada Muhammad dan menyampaikan pesannya untuk beliau. 

“Wahai anak pamanku, aku senang kepadamu karena kekerabatan, kekuasaan terhadap kaummu, amanahmu, kepribadianmu yang baik, dan kejujuran perkataanmu.” Kemudian Khadijah menawarkan dirinya kepada Muhammad. 

Rasulullah menceritakan perihal ini kepada para pamannya. Tidak lama kemudian Hamzah bin Abdul Muthalib bersama Muhammad datang pada Khuwailid bin Asad, bermaksud meminang putrinya itu untuk Muhammad.

Kemudian Khuwailid berkata, “Dia itu kuda yang tidak dicocok hidungnya.” (Maksudnya, seorang yang mulia). Muhammad kemudian menikahi Khadijah dan memberinya dua puluh unta muda. 

Saat itu Khadijah berumur 40 tahun dan Muhammad berumur 25 tahun. Dialah perempuan pertama yang dinikahi Nabi saw, dan beliau tidak menikah dengan siapa pun kecuali setelah Khadijah meninggal dunia. Dari Khadijah lahirlah Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fathimah.

3. Orang Pertama Beriman pada Kenabian Muhammad

Saat menerima risalah kenabian, Khadijah merupakan orang pertama yang percaya kepada Allah dan Rasul beserta ajaran-ajaran-Nya. 

Nabi Muhammad pun tidak menghiraukan berbagai ancaman dan propaganda yang datangnya dari kaum musyrikin. Karena disampingnya terdapat sang kekasih pilihan Allah yang dengan setia mendampingi dan memperkuat aktifitas dakwahnya, sehingga terasa ringan beban yang diemban dan ringan pula menghadapi cobaan apa pun yang dilakukan oleh kaumnya. 

Setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira, Rasulullah kembali ke rumah dengan perasaan takut seraya berkata kepada Khadijah, ”Selimuti aku! Selimuti aku!” Maka Khadijah menyelimutinya hingga hilang perasaan takutnya itu. Beliau menceritakan semua yang telah terjadi. “Aku khawatir pada diriku,” kata Rasulullah.

Khadijah menjawab, “Tidak perlu khawatir, Allah tidak akan pernah menghinakanmu, sesungguhnya engkau orang yang menjaga tali silaturrahmi, senantiasa mengemban amanah, berusaha memperoleh sesuatu yang tiada, selalu menghormati tamu dan membantu orang-orang yang berhak untuk dibantu.”

4. Menemui Pendeta Waraqah

Khadijah mengajak suaminya menemui Waraqah bin Naufal, sepupunya yang memeluk agama Nasrani di zaman Jahiliyah dan menulis buku Injil dengan bahasa Ibrani. “Dengarkan sepupuku, kata-kata dari keponakanmu ini!” kata Khadijah.

“Wahai keponakanku, apa yang engkau lihat?” tanya Waraqah pada Muhammad saw. 

Rasulullah menceritakan tentang apa yang telah dilihatnya.

Waraqah berkata, “Ini adalah Malaikat yang telah Allah turunkan kepada Nabi Musa. Andai aku dapat bertahan, aku berharap masih hidup ketika kaummu mengusirmu.”

Rasulullah bertanya, “Kenapa mereka mengusirku?”

“Tidak seorang pun yang datang dengan sesuatu sebagaimana yang kau emban ini kecuali dimusuhi oleh kaumnya. Jika aku masih hidup sampai pada harimu, tentu aku akan menolongmu dengan sungguh-sungguh,” jawabnya.

Waraqah tidak sempat terlibat dalam aktifitas dakwah Nabi, karena keburu meninggal dunia dan tidak sempat mendengarkan ajaran wahyu yang diturunkan pada Muhammad SAW.

4. Isteri Yang Dicemburui 'Aisyah

Rasulullah dan Khadijah tetap berdiam di Makkah dan melakukan shalat secara rahasia dengan kehendak Allah. 

Khadijah memang sangat dicintai dan dihormati oleh Rasulullah. Beliau juga tidak pernah berselisih dengan apa yang dikatakan Khadijah pada beliau, terutama pada saat sebelum wahyu turun. Bahkan walau Khadijah telah tiada, Rasulullah selalu menyebut-nyebutnya dalam setiap kesempatan, dan tidak bosan-bosan memujinya. Sehingga Aisyah, Ummul Mukminin, merasa cemburu. Sampai suatu saat, Aisyah berkata pada Rasulullah,  "Allah telah mengganti wanita tua itu.” 

Tentu saja Rasulullah tersinggung dengan ucapan Aisyah ini, hingga ia berkata pada dirinya, “Ya Allah, hilangkanlah perasaan marah Rasulullah terhadapku dan aku berjanji untuk tidak lagi menjelek-jelekkan Khadijah.”

Aisyah pernah berkata, “Aku tidak pernah cemburu kepada istri-isrti Rasulullah kecuali pada Khadijah. Walaupun aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Rasulullah sering menyebutnya setiap saat. 

Ketika beliau memotong kambing, tak lupa beliau sisihkan dari sebagian daging tersebut untuk kerabat-kerabat Khadijah. 

Ketika aku katakan, seakan-akan tidak ada wanita di dunia ini selain Khadijah. Beliau berkata, sesungguhnya dia telah tiada dan dari rahimnya aku dapat keturunan.”

Aisyah berkata, “Dulu Rasulullah saw. setiap keluar rumah, hampir selalu menyebut Khadijah dan memujinya. Pernah suatu hari beliau menyebutnya sehingga aku merasa cemburu. Aku berkata, ‘Apakah tiada orang lagi selain wanita tua itu. Bukankah Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik?’ 

Lalu, Rasulullah marah hingga bergetar rambut depannya karena amarah dan berkata, ‘Tidak, demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik darinya. Dia percaya padaku di saat semua orang ingkar, dan membenarkanku di kala orang - orang mendustakanku, menghiburku dengan hartanya ketika manusia telah mengharamkan harta untukku. Dan Allah telah mengaruniaiku dari rahimnya beberapa anak di saat istri - istriku tidak membuahkan keturunan.’ 

Kemudian Aisyah berkata, ‘Aku bergumam pada diriku bahwa aku tidak akan menjelek-jelekannya lagi selamanya.”

5. Khadijah Meninggal Dunia

Khadijah, seorang tangan kanan Rasulullah yang senantiasa membantu beliau dalam menjalankan dakwah dan menyebarkan ajaran-ajarannya, meninggal pada tahun ke-3 sebelum Hijrah di kota Makkah pada usia 65 tahun. 

Di saat ajal menjemputnya, Rasulullah menghampiri Khadijah sembari berkata, “Engkau pasti tidak menyukai apa yang aku lihat saat ini, sedangkan Allah telah menjadikan dalam sesuatu yang tidak engkau kehendaki itu sebagai kebaikan.”

Saat pemakamannya, Rasulullah turun ke liang lahat dan dengan tangannya sendiri memasukkan jenazah Khadijah. 

Wafatnya Khadijah merupakan musibah besar, di mana setelahnya diikuti berbagai musibah dan peristiwa yang datangnya secara beruntun. 

Rasulullah SAW memikul beban dengan penuh ketabahan dan kesabaran demi mencapai ridha Allah SWT.

Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.

ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ 

“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.” (Sumber: www.republika.co.id)

READ MORE - Kisah Cinta Rasulullah dan Siti Khadijah

Kisah Lucu Santri Salah Amalan Doa

Apa jadinya jika kita mengamalkan doa yang salah, namun doa itu tetap manjur? Berikut ini adalah kisah lucu salah seorang santri dari Kyai Kholil Bangkalan, Madura. yang salah mengamalkan doa namun ternyata tetap manjur.

Syaikhona K.H. Mohammad Kholil adalah seorang ulama besar di Nusantara. Beliau adalah guru dari dua Kyai pendiri Ormas Islam terbesar di tanah air yaitu K.H. Hasyim Asy'ari (Nahdlatul Ulama) dan K.H. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah). Beliau mempunyai pondok pesantren di Bangkalan, Madura

Alkisah Kyai Kholil yang juga dikenal wali dan punya banyak karomah itu mempunyai khodam atau pelayan dari salah satu santri beliau. Si Khodam ini bertanggung jawab mengurus kitab-kitab beliau. Ia bertugas membawanya ketika sang kyai mengajar, membersihkannya, dan meletakkan kembali di tempat semula.

Suatu hari, ketika sedang membersihkan kitab, tidak sengaja khodam itu melihat di halaman kitab ada tulisan "DO'A AQEQET" dalam tulisan Arab.

"Wah, ini doa kesukaan saya," gumamnya dalam hati.

Aqeqet atau Akeket adalah bahasa Madura artinya BERKELAHI. Khodam itu segera menghafalkan doa yang hanya beberapa kalimat itu. Setelah merasa sudah hafal, dia mengembalikan kitab itu ke tempat semula.

Suatu hari, si khodam terlibat perselisihan dengan santri lain yang menjadi ketua pengurus pondok pesantren. Khodam yang tubuhnya kerempeng itu biasanya selalu mengalah. Tetapi kali ini dia ngeyel tidak mau mengalah. Dia menantang ketua pengurus pondok yang tubuhnya lebih besar dan kekar.

Beberapa saat khodam itu komat kamit membaca "doa aqeqet" yang sudah dihapalnya sambil menyingsingkan lengan bajunya.

"Maju kamu!" tantang ketua pengurus sambil mengenakan kopiahnya.

"Oh, jelas," kata khodam dengan posisi siap tempur.

Perkelahianpun dimulai. Santri-santri berdatangan menyaksikan tontonan gratis itu.

Dari awal, khodam terus mendesak mundur ketua pengurus. Sorak sorai bergemuruh. Ketua pengurus kaget dan terheran-heran dengan kekuatan serangan khodam yang sejak dulu dia remehkan. Akhirnya, ketua pengurus pondok menyerah kalah. Padahal dia dikenal memiliki banyak ragam ilmu beladiri.

Kejadian itu membuat si khodam menjadi terkenal. Pada hari-hari berikutnya, banyak santri yang menjajal kekuatan khodam itu. Namun, setiap berkelahi, khodam selalu menang.

Ketenaran si khodam akhirnya terdengar oleh Syaikhona Kyai Kholil. Mungkin karna penasaran, beliau memanggil khodamnya itu.

"Khodam, kesini kamu!" panggil kyai.

"Baik kyai," jawab khodam dengan ta'dzim dan bergegas menghampiri.

"Saya dengar kamu selalu menang berkelahi," selidik Kyai Kholil penasaran.

"Barokahnya kitab Kyai," jawab khodam merendah.

"Mengapa begitu?" Tanya kyai Kholil.

"Saya mendapatkan do'a berkelahi (akeket) dari kitab kyai," terang khodam.

"Coba saya mau lihat," kata kyai Kholil semakin ingin tau.

"Ini kyai," jawab khodam sambil menunjukkan halaman kitab "referensi"-nya.

Dalam huruf Arab, Aqiqah ditulis dengan عقيقة . Kitab di pondok pesantren memang kebanyakan bertulisan Arab tanpa haroqat atau tanda baca. Istilahnya Arab Gundul. Dan selain dalam bahasa Arab, biasanya huruf Arab tersebut diberi keterangan berupa tulisan Arab juga yang disebut Huruf Pegon.

Bedanya, meskipun sama-sama huruf Arab, huruf Pegon ini bukanlah bahasa Arab tapi merupakan bahasa daerah. Biasanya bahasa Jawa atau Madura. Oleh karena itu, kata عقيقة yang seharusnya dibaca Aqiqah dalam bahasa Arab malah dibaca Aqeqet atau Akeket oleh si khodam yang artinya "Berkelahi" dalam bahasa Madura.

"Oh, ini do'a AQIQAH nak. Bukan AKEKET," kata Kyai Kholil.

Mendengar keterangan kyainya, khodam itu terkaget lalu tertunduk malu. Doa yang dia pakai untuk berkelahi ternyata doa untuk Aqiqah.

Khodam itu salah baca, tapi kok manjur? Itulah kekuatan doa yang diiringi keyakinan kuat di hati.

READ MORE - Kisah Lucu Santri Salah Amalan Doa

Mengenal Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid

Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid seorang wanita kaya dan pedagang besar. Ia bekerja sama dengan laki-laki untuk bagi hasil barang dagangannya. Karena wanita di masa itu tidak terbiasa keluar jauh

Khadijah binti Khuwailid dilahirkan di Mekah tahun 68 sebelum hijrah. Ia berasal dari keluarga bangsawan Quraisy. Khadijah dididik dengan akhlak mulia dan terhormat sebagai seorang wanita. Sehingga tumbuhlah ia dengan karakter yang kuat, cerdas, dan menjaga kehormatan.

Ketika Khadijah dan Muhammad telah sepakat bekerja sama, Khadijah menyertakan seorang budak laki-lakinya yang bernama Maisaroh untuk membawa barang dagangan itu hingga ke Syam.

Di daerah Romawi itu, Muhammad bin Abdullah berteduh di bawah pohon dekat dengan kuil milik seorang pendeta. Si pendeta datang mendekati Maisaroh. 

Ia berkata, “Siapa laki-laki yang berteduh di bawah pohon itu?” 

“Ia seorang laki-laki Quraisy dari penduduk al-Haram”, jawab Maisaroh. Si pendeta berkata lagi, “Tak seorang pun yang singgah di bahwa pohon ini kecuali seorang nabi.”

Maisaroh terperanjat berdagang dengan Muhammad karena mendapat berkah dan untung berlipat. la pun mengabarkan tentang kemuliaan akhlak Muhammad bin Abdullah dan sifat-sifatnya yang istimewa, kepada Khatijah.

Sebelumnya Khadijah telah menikah dua kali. Pertama menikah dengan Atiq bin A’id al-Makhzumi, kemudian ia meninggal. 

Dan yang kedua, dengan Abu Halah bin Nabbasy at-Tamimi, yang juga meninggal.

Akhirnya Khatijah menikah lagi dengan Muhammad.

Kedua pasangan mulia ini terus bersama hingga Khadijah wafat di usia 65 tahun. Dan Rasulullah berusia 50 tahun. Ini adalah masa terlama kebersamaan nabi bersama istrinya, dibanding dengan istri-istri yang lain. 

Nabi tak menikahi wanita lain saat bersama Khadijah. Hal itu karena kemuliaan yang dimiliki Khadijah. 

Ia juga memberi beliau putra dan putri. Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan si bungsu Fatimah adalah buah dari pernikahan keduanya.

Allah Ta’ala menganugerahkan Khadijah hati dan ruh yang suci dan cahaya keimanan.

Ketika Rasulullah menerima wahyu pertama,Khatijah menjadi orang pertama yang berperan penting menenangkan Nabi yang sedang ketakutan dan gemetaran

Kemudian ia mengajak Nabi menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal. 

Di masa jahiliyah, Waraqah adalah seorang laki-laki Nasrani. Ia menulis Injil dengan Bahasa Arab. Dan ia sudah tua sampai-sampai buta karena ketuaannya. Ia memberi kabar baik kepada Nabi. 

Waraqah bercerita bahwa apa yang baru saja beliau jumpai adalah an-Namus (Jibril) yang juga datang menemui Musa.

Dalam keadaan yang aneh dan membingungkan itu, Khadijah lah orang pertama yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. 

Melalui wanita mulia ini, Allah berikan banyak jalan keluar dan kemudahan untuk beliau. 

Saat ia pulang mendakwahkan risalahnya, Khadijah selalu membuatnya jiwa kembali teguh dan bersemangat. Meringankan dan membenarkannya di saat orang-orang mendustakannya.

Setelah memeluk Islam,Khatijah mengorbankan hidupnya dari tenang dan nyaman, berubah menjadi kehidupan penuh cobaan dan tantangan.

Ketika orang-orang Quraisy memboikot dan mengasingkan bani Hasyim ke pinggiran Mekah, Khadijah tak ragu pergi bersama suaminya. 

Waktu pengasingan dan boikot tersebut bukanlah waktu yang singkat. Bani Hasyim begitu menderita, kekurangan makanan, sampai-sampai mereka makan dedaunan karena tak ada makanan. Mereka seolah-olah akan mati kelaparan.

Dalam keadaan tersebut, Khadijah yang bukan bagian dari Bani Hasyim, tetap menemani sang suami. 

Inilah jalan dakwah, tidak mudah. Sehingga pasangan hidup orang-orang yang meniti jalan dakwah pun adalah orang-orang yang tangguh dan memiliki keutamaan 

1. Rasulullah dengan lisannya sendiri memuji kemuliaan Khadijah. 

"Dari Anas bin Malik , Rasulullah bersabda "Cukup bagimu 4 wanita terbaik di dunia: Maryam bintu Imran (Ibunda nabi Isa), Khadijah bintu Khuwailid, Fatimah bintu Muhammad, dan Asiyah Istri Firaun.” (HR. Ahmad 12391, Turmudzi 3878)

2. Allah menitip salam untuknya melalui Jibril

 "Wahai Rasulallah, Ini Khadijah telah datang. Bersamanya sebuah bejana yang berisi lauk, makanan, dan minuman. Jika dirinya sampai katakan padanya bahwa Rabbnya dan diriku mengucapkan salam untuknya. Dan kabarkan pula bahwa untuknya rumah di surga dari emas yang nyaman tidak bising dan merasa capai.” (HR. Bukhari no: 3820. Muslim no: 2432 dari Abu Hurairah)

3. Nabi menganggap mencintainya adalah karunia. 

"Sungguh Allah telah menganugrahkan kepadaku rasa cinta kepada Khadijah.” (HR. Muslim no 2435)

Ummul Mukminin Khadijah wafat tiga tahun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah. Saat itu beliau berusia 65 tahun. Rasulullah sendiri yang turun memakamkan jenazah sang istri tercinta. 

Wafatnya Ummul Mukminin Khadijah sangat berdekatan waktunya dengan wafatnya Abu Thalib. Rasulullah benar-benar merasa sedih dengan wafatnya dua orang yang beliau cintai ini. 

Dua orang penolong dakwahnya. Ditambah lagi, sang paman wafat dalam keadaan berada di atas agama nenek moyangnya. Karena begitu sedihnya Rasulullah, tahun ini pun dinamakan Tahun Kesedihan. ( Sumbet : KisahMuslim.com)

READ MORE - Mengenal Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid

Ketika Sekelompok Mualaf Mengkhianati Rasulullah

Anas bin Malik pernah bercerita kepada Abu Qilabah bahwa suatu hari ada beberapa orang dari Urainah menghadap Rasulullah untuk mengutarakan niat sucinya masuk Islam. 

Mereka ingin belajar lebih banyak tentang Islam kepada Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Nabi pun dengan sukarela menerimanya, bahkan memberi mereka fasilitas ketika tinggal di Madinah.

Sebagai seorang rasul, kasih sayangnya kepada orang-orang yang baru beriman (mualaf) adalah sebuah keniscayaan. Hal itu menjadi bagian dari dakwah nabi yang santun dan ramah.

Suatu ketika beberapa orang dari Urainah ini tidak mampu beradaptasi dengan suhu dan udara yang ada di Madinah. Ternyata kondisi kampung halaman mereka dengan Madinah sangat berbeda jauh. Kesehatan mereka pun terganggu.

Ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi dengan suhu di Madinah menjadikan mereka terkena penyakit cacar. 

Rasulullah yang iba melihat kondisi mereka memerintahkan kepada penggembala untanya untuk membawa mereka keluar kota Madinah. 

Nabi pun tidak serta merta membiarkan mereka keluar kota Madinah dengan tangan kosong. Nabi memberikan bekal yang lebih dari cukup bagi mereka. 

Nabi membawakan mereka unta yang banyak perahan susunya. Nabi berharap agar unta itu bermanfaat. Mereka bisa meminum susunya dan memakan daginya.

Ternyata benar, ketika mereka keluar dari Madinah, seketika penyakit mereka sembuh. Merasa nyaman dengan keadaan mereka di luar kota Madinah, mereka enggan untuk kembali ke Madinah. 

Hal yang tak terduga terjadi. Mereka malah membunuh penggembala unta yang diberi amanah oleh Nabi untuk menjaga mereka. Tak hanya itu, mereka membawa kabur unta-unta Nabi yang telah berjasa besar menyelamatkan mereka.

Kabar tidak enak tentang kejahatan mereka pun sampai ke telinga Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam. Beliau marah besar setelah mendengar kejahatan mereka. 

Rasulullah kemudian mengutus seorang sahabat untuk menangkap mereka yang ternyata masih belum jauh dari tempat terbunuhnya sang penggembala unta.

Mereka dijatuhi hukuman yang setimpal oleh Nabi atas kejahatan berlapis: membunuh, mengambil sesuatu yang bukan hak milik mereka, bahkan mereka telah murtad. 

Namun hukuman itu dirasa sangat kejam bagi mereka, karena pada waktu itu ayat-ayat hudud (hukuman) belum turun kepada Nabi. 

Setidaknya, hal itu adalah hukuman untuk orang-orang yang menghianati Rasulullah setelah ditolong dan diselamatkan nyawanya namun malah mengkhianati.

Kisah tersebut setidaknya mengungkapkan dua pesan. 

Pertama belas kasih dan kepedulian Rasulullah kepada umatnya begitu besar. 

Hingga hal-hal teknis yang menyangkut kemudahan bagi para mualaf itu pun sangat beliau perhatikan.

Kedua, pengkhianatan bisa menimpa siapa saja, bahkan seorang rasul dengan perangai tanpa cacat sekalipun. 

Kenyamanan dan fasilitas kadang tak membuat seseorang kian baik, bisa malah sebaliknya ketika hatinya dikuasai keserakahan dan ketidakjujuran. Wallahu a’lam. (M. Alvin Nur Choironi)

READ MORE - Ketika Sekelompok Mualaf Mengkhianati Rasulullah

Kisah Tobatnya Nabi Yunus 'Alaihissalam

Nabi Yunus ditelan bulat-bulat. Nabi Yunus pun tinggal di perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan. 

Perjalanan Nabi Yunus menjadi salah satu kisah yang tercantum di dalam Alquran. Kisah itu penuh hikmah dan harus menjadi teladan bagi umat muslim.

Dalam kisah itu, Nabi Yunus mendapat perintah mengajak sebuah penduduk yang berpaling dari Allah. Penduduk sebuah wilayah yang lebih memilih menyembah berhala.

Para ahli tafsir menyebut Yunus bin Mata berdakwah di kampung Ninawa, wilayah di Mosul, Irak. Nabi Yunus melaksanakan perintah itu. Dia mengajak penduduk kampung untuk beriman kepada Allah.

Namun tak mudah bagi Nabi Yunus. Penduduk wilayah itu menolak ajakan beriman kepada Allah dan justru memilih tetap menyembah berhala. Penduduk itu bahkan mengolok dan menghina Nabi Yunus.

Maka, turunlah wahyu yang menyatakan Allah akan menurunkan azab apabila penduduk wilayah itu tak beriman. Dan Nabi Yunus menyampaikan wahyu itu kepada penduduk kampung. Namun tetap saja, mereka memilih menyembah berhala.

Nabi Yunus kemudian marah. Dia lantas pegi dari kampung itu. Penduduk kampung menyadari kesalahan mereka dan yakin azab akan segera turun. Oleh karena itu, mereka kemudian bertobat, memohon ampun kepada Tuhan. Sehingga azab pun batal diturunkan.

“ Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (QS. Yunus: 98)

Setelah itu, Nabi Yunus tetap meninggalkan kampung dalam keadaan marah. Padahal Allah belum mengizinkannya pergi. Dia menuju ke arah pantai dan kemudian menaiki kapal. Namun, sebuah badai datang. Ombak lautan menjadi sangat dahsyat, angin berhembus begitu kencang. Kapal yang penuh muatan itu oleng. Nyaris tenggelam.

Penumpang kapal kemudian membuang muatan untuk meringankan beban. Namun tetap saja. Kapal itu masih oleng dan hampir tenggelam. Sehingga para penumpang berunding untuk menentukan salah satu dari mereka untuk dibuang ke lautan.

Undian itu dilakukan. Ternyata jatuh pada Nabi Yunus. Namun penumpang lain tak mau Nabi Yunus yang harus dibuang ke laut. Sehingga undian dilakukan untuk kedua kali. Namun hasilnya sama. Dan sampai undian ke tiga, hasilnya juga sama. Sehingga kemudian Nabi Yunus memutuskan menceburkan diri ke lautan.
Saat itu, Allah mengirimkan ikan Nun (paus) untuk menelan Nabi Yunus, tanpa merobek daging maupun mematahkan tulangnya. Nabi Yunus ditelan bulat-bulat. Nabi Yunus pun tinggal di perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan.

Di dalam perut ikan, Nabi Yunus terus berzikir dan memohon ampun kepada Allah. Semua kisah itu terekam dalam ayat-ayat Alquran. Yaitu Surat Al-Anbiyaa Ayat 87-88.

“ Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “ Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anbiya’: 87-88)

Doa Nabi Yunus dalam ayat itu hingga kini diamalkan banyak orang. “ Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin.” (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya).

Kisah Nabi Yunus itu juga terekam dalam Surat Ash- Shaaffaat Ayat 139-148. “ Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian Maka ia ditelan oleh ikan yang besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (QS.Ash- Shaaffaat:139-148)

Kisah Nabi Yunus ini memang penuh hikmah. Dalam ayat lain, Allah meminta Nabi Muhammad SAW agar tidak bersikap seperti yang dilakukan Nabi Yunus.

“ Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Rabbmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Rabbnya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. Lalu Rabbnya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh.” (QS.Qalam:48-50)

Kisah Nabi Yunus ‘alaihissalam dalam Al-Qur-an
Dalam Al-Qur-an surat Yunus ayat 98 Allah Ta’ala berfirman:

فَلَوْلاَ كَانَتْ قَرْيَةٌ ءَامَنَتْ فَنَفَعَهَآ إِيمَانُهَآ إِلاَّ قَوْمَ يُونُسَ لَمَّآ ءَامَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ

“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfa’at baginya selain kaum Yunus Tatkala mereka (kaum Yunus itu),beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai pada waktu yang tertentu.” (QS.Yunus: 98)

Dia juga berfirman dalam surat Al-Anbiyaa’ ayat 87-88

وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لآإِلَهَ إِلآ أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ * فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْـجِي الْمُؤْمِنِينَ *

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan sangat gelap:”Bahwa tak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”. Maka Kami memperkenankan do’anya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikanlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS.Al-Anbiyaa:87-88)

Selanjutnya dalam surat Ash-Shaaffaat 139-148 Allah berfirman:

وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ {139} إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ {140} فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ {141} فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ {142} فَلَوْلآ أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ {143} لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ {144} فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَآءِ وَهُوَ سَقِيمٌ {145} وَأَنبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِّن يَقْطِينٍ {146} وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْيَزِيدُونَ {147} فَئَامَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ {148{

“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian Maka ia ditelan oleh ikan yang besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. “(QS.Ash- Shaaffaat:139-148)

Dan dalam surat Qalam ayat 49-50 Dia berfirman:

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلاَتَكُن كَصَاحِبِ الْحُوتِ إِذْ نَادَى وَهُوَ مَكْظُومٌ {48} لَّوْلآ أَن تَدَارَكَهُ نِعْمَةٌ مِّن رَّبِّهِ لَنُبِذَ بِالْعَرَآءِ وَهُوَ مَذْمُومٌ {49} فَاجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَجَعَلَهُ مِنَ الصَّالِحِينَ {50{

“Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Rabbmu, dan janganlah kamu seprti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Rabbnya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercelaLalu Rabbnya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh.” (QS.Qalam:48-50)

Taubat Kaum Nabi Yunus ‘alaihissalam

Para ahli tafsir mengatakan :”Allah ta’ala mengutus Yunus ‘alaihissalam kepada penduduk Nainawi di daerah al-Muwashil. Lalu dia menyeru mereka ke jalan Allah Ta’ala, namun mereka mendustakannya dan tetap dalam kekafiran dan keingkaran. Setelah hal itu berlangsung lama, maka Yunus pergi dari tengah-tengah mereka seraya menjanjikan kapada mereka akan datangnya adzab setelah tiga hari.

Setelah Yunus pergi dari tengah-tengah kaumnya, mereka menyaksikan datangnya adzab tersebut, lalu Allah Ta’ala membangkitkan gairah bertaubat dalam hati mereka. Dan, mereka pin menyesali apa yang telah mereka perbuat terhadap Nabi mereka. Selanjutnya mereka memakai baju hitam dan memisahkan setiap binatang dan anaknya. Kemudian mereka mengangkat suara berdo’a kepada Allah Ta’ala, dan berteriak keras seraya merendahkan diri. Semua orang baik, laki-laki, perempuan, anak-anak maupun orang tua menangis. Bahkan semua binatang ternak dan binatang liar lainnya pun ikut menangis dan bersuara. Unta-unta dan sapi-sapi serta anak-anaknya pun melenguh, kambing dan anak-anaknyajuga mengembik. Itulah saat yang begitu dahsyat dan menghebohkan. Kemudian dengan kekuatan, daya, kekuasaan, rahmat, dan kelembutan-Nya, Allah menghentikan adzab yang disebabkan oleh perbuatan mereka, dan (adzab) berputar-putar di atas kepala mereka seperti pada sebagian malam yang sangat gelap. Oleh sebab itu Allah Ta’ala berfirman:

فَلَوْلاَ كَانَتْ قَرْيَةٌ ءَامَنَتْ فَنَفَعَهَآ إِيمَانُهَآ……{98

“Dan mengapa tidak) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfa’at baginya……” (QS. Yunus: 98)

Maksudnya, seandainya pada masa-masa terdahulu ada sebuah kota yang beriman secara sempurna. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwasanya tidak ada satu kota pun yang beriman. Tetapi keadaanya seperi yang Alah Ta’ala firmankan:

وَمَآأَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلاَّ قَالَ مُتْرَفُوهَآ إِنَّا بِمَآأُرْسِلْتُم بِهِ كَافِرُونَ {34

“Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata:”Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya”. (QS.Saba’:34)

Juga firman-Nya:

…..إِلاَّ قَوْمَ يُونُسَ لَمَّآ ءَامَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ {98

“…Selain kaum Yunus Tatkala mereka (kaum Yunus itu),beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai pada waktu yang tertentu.” (QS.Yunus: 98)

Yakni, beriman secara sempurna.

Para ahli tafsir berbeda pendapat, apaka iman ini bermanfaat bagi mereka di kehidupan akhirat kelak sehingga dapat menyelamatkan mereka dari adzab akhhirat, sebagaimana iman tersebut menyelamatkan mereka dari adzab dunia? Mengenai masalah ini ada dua pendapat.
Yang tampak jelasa dari siyaq (redaksi) ayat al-Qur-an di atas, adalah “ya”. Wallahu a’lam. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

لَمَّآ ءَامَنُوا…{98

“….Tatkala mereka (kaum Yunus itu),beriman…”(QS. Yunus: 98)

Dia juga berfirman :

وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْيَزِيدُونَ {147} فَئَامَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ {148

“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. “(QS.Ash- Shaaffaat:139-148)

Kenikmatan yang dianugerahkan hingga waktu tertentu itu tidak menutup kemungkinan penghapusan adzab akhirat. Wallahu a’lam.

Mengenai jumlah seratus ribu itu sudah jelas dan pasti. Tetapi para ahli tafsir masih berbeda pendapat tentang kata tambahan dalam ayat terseut.

Mereka berbeda pendapat, apakah pengutusan Yunus ‘alaihissalam kepada mereka itu sebelum atau atau sesudah dia dimakan ikan? Ataukah keduanya merupakan dua umat yang berbeda? Mengenai hal tersebut terdapat tiga pendapat, yang kesemuanya sudah kami uraikan di dalam kitab tafsir (maksudnya tafsir Ibnu Katsir)

Sumber : https://www.dream.co.id/jejak/kisah-nabi-yunus-ditelan-ikan-paus-150727r.html

READ MORE - Kisah Tobatnya Nabi Yunus 'Alaihissalam

Barsisha Al-'Abid Yang Matinya Menjadi Penyembah Iblis

Barshisha al-'Abid, begitulah orang-orang memberi gelar kepadanya. Al-‘abid artinya ahli ibadah.

Predikat itu disematkan karena ia memang orang yang sangat tekun beribadah. Bahkan, sampai-sampai malaikat pun terkagum atas ibadahnya.

Ia juga merupakan seorang guru spiritual yang ulung. Konon ia memiliki 60.000 murid yang semuanya berilmu tinggi dan memiliki keramat bisa terbang. 

Namun, di tengah kekaguman para malaikat itu, lantas Allah mengherankannya dengan berkata kepada para malaikat:

"Gerangan apa yang membuatmu begitu terkagum akan Barsisha. Padahal di dalam pandangan hakikatku, ia tak ubahnya seperti setan yang terkutuk."

Syahdan, malaikat pun tercengang mendengarnya. Mereka mulai menerka-nerka akan takdir apakah yang membuatnya tersungkur ke dalam lembah derajat setan yang hina dina.

Alkisah, Barsisha memiliki sebuah keramat. Ya, apabila ia menemui orang gila dan kemudian menyentuhnya, maka seketika orang gila tersebut sembuh. Dan itulah yang terjadi saat itu pada seorang gadis anak raja.

Sang putri mengalami gangguan jiwa. Atas perintah sang raja, diutuslah pasukan kerajaan untuk membawa sang putri ke padepokan Barsisha di tengah hutan agar ia memperoleh perawatan rehabilitasi dengan harapan akan menuai kesembuhan. 

Maka berangkatlah para pasukan dengan membawa putri raja yang sedang sakit jiwa. Sesampainya di sana, setelah mengutarakan maksud dan tujuan kedatangannya. 

Para prajurit kerajaan bergegas undur diri untuk kembali ke kerajaan dengan meninggalkan sang putri bersama Barsisha di padepokannya yang berada di tengah hutan. 

Saat para punggawa telah meninggalkan mereka berdua, saat putri raja masih dalam keadaan gila, dan saat Barsisha hanya ditemaninya di tengah hutan belantara tanpa ada orang selain mereka, Iblis pun datang menggoda:

"Wahai Barsisha, tidakkah engkau melihat putri raja itu cukup cantik jelita. Ia begitu menggoda. Tidakkkah engkau berpikir untuk sejenak bersenang-senang dengannya. Nikmatilah tubuhnya untuk sekali saja. Lagi pula, ia dalam keadaaan gila. Sudah tentu, ia tidak akan mengetahui apa-apa yang terjadi saat ini, setelah kesembuhannya nanti. Kalian pun juga hanya berdua di hutan belantara ini. Tak akan ada orang yang mengetahui. Ayolah, ku kira pantas bagimu untuk rehat sejenak dari aktivitas ibadahmu yang melelahkan," bujuk iblis penuh kemesraan.

Nahas menimpanya, Barsisha tergoda oleh tipu daya iblis terkutuk. Ia pun melakukan zina bersama sang putri yang masih dalam keadaan gila. Namun baru saja usai melampiaskan nafsu birahinya, Iblis kembali merasuk, berbisik menggoda ke dalam relung hati Barsisha.

"Duhai, celakalah engkau wahai Barsisha. Cepat atau lambat, perbuatan kejimu terhadap sang putri akan diketahui. Orang-Orang utusan kerajaan tidak akan terima akan perbuatanmu kepada anak rajanya. Terlebih, engkau sudah terkenal sebagai seseorang yang sakti nan ahli beribadah. Jika hal ini diketahui, sontak, reputasimu akan hancur berantakan. Nama baikmu akan tercemar. Dan seluruh orang akan mencampakkanmu."

“Lalu apa yang harus kulakukan?” batin Barsisha mulai dirundung kecemasan tak karuan. Ia mulai bertanya-tanya terhadap diri sendiri dan mencari cara bagaimana untuk menutupi semua ini. Dan lagi-lagi, sang Iblis mulai berbisik melancarkan strategi:

"Sudahlah, bunuh saja wanita itu. Kemudian kuburlah ia dalam-dalam di atas gundukan pasir. Dan jika para utusan kemari untuk menjemput sang putri, bilang saja bahwa ia telah sembuh dan pamit untuk kembali ke kerajaan seorang diri. Maka, semuanya akan beres. Kalupun ia akhirnya tak kembali, engkau tak akan disalahkan. Mereka pasti mengira bahwa sang putri telah mati tertikam binatang buas di tengah perjalanannya kembali menuju istana."

Bodohnya, Barsisha pun kembali mengiyakan tawaran iblis yang seakan penuh kompromi tersebut. Dibunuhlah sang putri olehnya dan kemudian ia kubur dalam-dalam hingga sekiranya tak seorang pun mengira ada mayat di bawah sana.

“Akhirnya, sekarang tuntas sudah semuanya,” batin Barsisha penuh lega.

Namun tidak bagi Iblis. Setelah ia berhasil membujuk rayu manusia yang terkenal ahli ibadah dan bisa menyembuhkan orang gila hanya dengan sentuhan tangannya itu, Iblis kemudian menjelma menjadi seorang shalih ahli ibadah yang seakan dapat mengetahui segala sesuatu yang terjadi. 

Ia kemudian masuk ke istana, menemui raja, dan menceritakan apa yang terjadi terhadap putrinya dan Barsisha di tengah hutan belantara. Seketika sang raja mengirim utusan untuk menangkap Barsisha di padepokannya. Dan tanpa ampun, akhirnya barsisha dihukum salib oleh sang raja. Sungguh, kini Barsisha sudah tak mampu melakukan apa-apa.

Di tengah kelemahan Barsisha ini, dengan licik sang Iblis kembali memanfaatkan keadaan untuk menjerumuskan lebih dalam lagi ke lembah kekufuran. Iblis pun berkata kepada Barsisha dengan penuh rasa iba:

"Duhai, alangkah malangnya nasibmu. Engkau sekarang terhukum salib oleh sang raja. Namun, janganlah kau hiraukan. Sebentar lagi penderitaanmu akan berakhir. Aku akan menolongmu. Tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi."

"Apa itu, sungguh akan kulakukan asal engkau mau menyelamatkan," tanya Barsisha kegirangan.

"Sembahlah aku."

"Bagaimana aku dapat menyembahmu jika tubuhku tersalib oleh kayu?" tanya Barsisha di tengah kondisinya yang semakin layu.

"Cukuplah bagimu untuk isyarat saja. Entah itu dengan anggukan atau sekedar kedipan mata sebagai ganti sujudmu kepadaku."

Maka, dengan sisa-sisa tenaga, Barsisha yang mulai melemah pun akhirnya melakukan apa yang diperintah oleh Iblis. 

Sayang, seketika itu juga ia mati. Dan Iblis pun tak menyelamatkannya, sedang ia telah mati dalam keadan kufur terhadap Allah subhanahu wata'ala. Sungguh, benar-benar Barsisha yang nestapa. Na'udzubillah.

Cerita ini dinarasikan dari kisah yang termaktub dalam kitab "Mukhtashar Tadzkiratul Qurtubi" karya ulama kenamaan, Syekh Abdul Wahab As Sya'roni.

READ MORE - Barsisha Al-'Abid Yang Matinya Menjadi Penyembah Iblis

Abu Qudamah Dan Doa Seorang Anak Agar Jasadnya Dimakan Burung

Abu Qudamah, salah seorang komandan kaum Muslimin dalam peperangan melawan orang-orang Romawi berkisah, “Ketika aku jadi Amir (komandan pasukan), aku pernah memerintahkan kaum Muslimin agar berpartisipasi dalam jihad di jalan Allah. 

Lalu datanglah seorang wanita membawa secarik kertas dan bungkusan (kantong), lalu aku buka kertasnya untuk membaca dan melihat apa isinya, ternyata di dalam kertas itu tertulis.

‘Bismillaahirrahmaanirrahiim, dari seorang wanita, hamba Allah kepada Amir (komandan) pasukan kaum Muslimin. Salaamullah ‘alaika, amma ba’du: sesungguhnya engkau telah memerintahkan kami agar berpartisipasi dalam jihad di jalan Allah sedangkan aku tidak punya daya upaya untuk berjihad atau pun berperang. Karena itu, aku titipkan kantong ini yang berisi rambutku. Silahkan ambil agar diikatkan ke kudamu, semoga saja Allah mencatatkan bagiku sesuatu dari pahala para mujahidin.” 

Abu Qudamah melanjutkan, “Aku pun bersyukur kepada Allah karena telah menganugerahkan wanita tersebut taufiq dan tahulah aku bahwa kaum Muslimin ikut merasakan betapa besar kewajiban yang harus diemban dan bersatu padu untuk menghadapi musuh-musuh mereka. 

Tatkala kami sudah menghadapi musuh, aku melihat seorang anak yang masih ingusan, yang aku pikir belum layak untuk ikut berperang karena usianya yang terlalu muda. 

Karenanya, aku pun menghardiknya karena kasihan terhadapnya. namun dia malah berkata, ‘Bagaimana bisa kamu menyuruhku kembali padahal Allah telah berfirman, ‘Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat.” (Q.s.,at-Taubah:41).’

Lalu aku tinggalkan dia, kemudian dia menyongsongku seraya berkata, ‘Tolong pinjamkan aku 3 buah anak panah.’

Lalu aku berkatanya seraya terkagum-kagum terhadapnya sekaligus kasihan, ‘Aku akan pinjamkan kepadamu apa yang kamu mau asalkan nanti bila Allah menganugerahimu mati syahid, kamu tidak lupa meminta syafa’at (pertolongan) untukku –ketika berbicara dengannya seakan aku merasa begitu mencintai dan menghormatinya-. 

‘Ya, insya Allah,’ katanya

Aku pun memberinya tiga buah anak panah tersebut, kemudian ia menyongsong musuh dengan gagah dan bersemangat. Dia terus menghantam musuh-musuhnya, sementara musuh-musuh pun berhasil melukainya hingga akhirnya dia tersungkur jatuh di medan peperangan. 

Sepanjang jalannya peperangan, mataku tidak lepas-lepas dari menatapnya karena begitu terkagum - kagum sekaligus kasihan terhadapnya. Tatkala dia sudah jatuh tersungkur, aku menghampirinya dan berkata kepadanya, ‘Apakah kamu mau makan atau minum.?’

‘Tidak, aku malah bersyukur kepada Allah atas apa yang kualami ini akan tetapi aku punya hajat (wasiat) kepadamu.’

‘Dengan senang hati wahai anakku, perintahkan kepadaku apa yang kamu maui,’ jawabku

‘Tolong sampaikan salamku untuk ibuku, kemudian berikanlah barang - barang ini kepadanya,’ pesannya dalam detik-detik terakhir menghembuskan nafasnya

‘Siapa ibumu, wahai pemuda,’ tanyaku 

‘Ibuku adalah wanita yang telah memberimu rambutnya itu agar diikat ke kudamu ketika ia tidak mampu untuk ikut berperang di jalan Allah, jawabnya

‘Semoga Allah memberkahi keluargamu,’ kemudian dia pun berpisah dengan alam dunia yang fana ini.

Lalu aku lakukan apa yang semestinya, namun tatkala telah aku kuburkan, tiba-tiba bumi memuntahkan jasadnya, lalu aku ulangi lagi sekali lagi, namun bumi kembali memuntahkannya. Lalu aku gali sedalam-dalamnya kemudian menguburkannya tetapi tetap saja bumi memuntahkannya lagi. 

Aku berkata dalam hati, ‘barangkali saja ketika keluar untuk berjihad, dia tidak mendapat restu dari ibunya.’ Lantas aku melakukan shalat dua raka’at dan berdoa kepada Allah agar menyingkap rahasia mengenai si anak ini. 

Tiba-tiba aku mendengar ada yang berkata, ‘Wahai Abu Qudamah, tinggalkan urusan Wali Allah tersebut.!’ Maka, tahulah aku bahwa ada janji Allah bersamanya. 

Tatkala kami sedang terpaku melihat hal itu semua, tiba-tiba datang seekor burung menyongsong lalu memakannya. Aku pun terheran-heran dengan peristiwa itu. 

Kemudian aku kembali menemui ibunya untuk melaksanakan wasiat putranya tersebut. Maka, tatkala dia melihatku, berkatah ia, ‘Wahai Abu Qudamah, apa yang ada di balik kedatanganmu; ingin melawat (ta’ziah) atau mengucapkan selamat.?’

Aku balik bertanya kepadanya, ‘Apa maksudnya itu.?” 

“Jika putraku telah meninggal biasa, berarti kamu datang untuk berta’ziah. Tetapi jika ia terbunuh di jalan Allah dan mati syahid, berarti kamu datang untuk mengucapkan selamat,” katanya

Lalu aku menceritakan kepadanya kisah putranya tersebut; aku ceritakan perihal burung dan apa yang dilakukannya terhadapnya. 

Maka berkatalah sang ibu tersebut, "Sungguh, Allah telah mengabulkan doanya.” 

“Apa doanya,?” tanyaku

“Sesungguhnya dia selalu berdoa kepada Allah di dalam semua shalatnya, penyendiriannya, di pagi dan sore harinya, ‘Ya Allah kumpulkanlah aku di dalam tembolok (penampungan makanan) burung. Segala puji bagi Allah karena telah merealisasikan cita-citanya dan mengabulkan doanya,”jawabnya

Abu Qudamah mengakhiri kisahnya, “Lalu aku pun berpaling darinya dengan memetik sebuah pengetahuan berharga kenapa Allah mencatatkan kemenangan atas kami terhadap para musuh.”

(SUMBER: Mi`atu Qishshah Wa Qishshah Fii Aniisi ash-Shaalihiin Wa Samiir al-Muttaqiin, karya Muhammad Amin al-Jundy, h.45-48)

READ MORE - Abu Qudamah Dan Doa Seorang Anak Agar Jasadnya Dimakan Burung

Kisah Seorang Pemuda Yang Penuh Makna

Dari pinggir kaca nako, di antara celah kain gorden, saya melihat lelaki itu mondar - mandir di depan rumah. Matanya berkali-kali melihat ke rumah saya. Tangannya yang dimasukkan ke saku celana, sesekali mengelap keringat di  keningnya. Dada saya berdebar  menyaksikannya.

Apa maksud remaja yang bisa jadi umurnya tak jauh dengan anak sulung saya yang baru kelas 2 SMU itu? Melihat tingkah lakunya yang gelisah, tidakkah dia punya maksud buruk dengan keluarga saya? Mau merampok? Bukankah sekarang ini orang merampok tidak lagi mengenal waktu? Siang hari saat orang-orang lalu - lalang pun penodong bisa beraksi, seperti yang banyak diberitakan koran. Atau dia punya masalah dengan Yudi, anak saya? Kenakalan remaja saat ini tidak lagi enteng. Tawuran telah menjadikan puluhan remaja meninggal.

Saya berdoa semoga lamunan itu salah semua. Tapi mengingat peristiwa buruk itu bisa saja terjadi, saya mengunci seluruh pintu dan jendela rumah. Di rumah ini, pukul sepuluh pagi seperti ini,saya hanya seorang diri. Kang Yayan, suami saya, ke kantor. Yudi sekolah, Yuni yang sekolah sore pergi les Inggris, dan Bi Nia sudah seminggu tidak masuk. Jadi kalau lelaki yang selalu memperhatikan rumah saya itu menodong, saya bisa apa? Pintu pagar rumah memang terbuka. Siapa saja bisa masuk. Tapi mengapa anak muda itu tidak juga masuk? Tidakkah dia menunggu sampai tidak ada orang yang memergoki? Saya sedikit lega saat anak muda itu berdiri di samping tiang telepon.

Saya punya pikiran lain. 

Mungkin dia sedang menunggu seseorang, pacarnya, temannya, adiknya, atau siapa saja yang janjian untuk bertemu di tiang telepon itu. Saya memang tidak mesti berburuk sangka seperti tadi. Tapi dizaman ini, dengan peristiwa - peristiwa buruk, tenggang rasa yang semakin menghilang, tidakkah rasa curiga lebih baik daripada lengah? 

Saya masih tidak beranjak dari persembunyian, di antara kain gorden, di samping kaca nako. Saya masih was-was karena anak muda itu sesekali masih melihat ke rumah.

Apa maksudnya?

Ah, bukankah banyak pertanyaan di dunia ini yang tidak ada jawabannya. Terlintas di pikiran saya untuk menelepon tetangga. Tapi saya takut jadi ramai. Bisa-bisa penduduk se-kompleks mendatangi anak muda itu. Iya kalau anak itu ditanya - tanya secara baik, coba kalau belum apa-apa ada yang memukul. 

Tiba-tiba anak muda itu membalikkan badan dan masuk ke halaman rumah. Debaran jantung saya mengencang kembali. Saya memang mengidap penyakit jantung. Tekad saya untuk menelepon tetangga sudah bulat, tapi kaki saya tidak bisa melangkah.

Apalagi begitu anak muda itu mendekat, saya ingat, saya pernah melihatnya dan punya pengalaman buruk dengannya. Tapi anak muda itu tidak lama di teras rumah. Dia hanya memasukkan sesuatu ke celah di atas pintu dan bergegas pergi. Saya masih belum bisa mengambil benda itu karena kaki saya masih lemas.

Saya pernah melihat anak muda yang gelisah itu di jembatan penyeberangan, entah seminggu atau duaminggu yang lalu. Saya pulang membeli bumbu kue waktu itu. Tiba-tiba di atas jembatan penyeberangan, saya ada yang menabrak, saya hampir jatuh. Si penabrak yang tidak lain adalah anak muda yang gelisah dan mondar - mandir di depan rumah itu, meminta maaf dan bergegas mendahului saya. Saya jengkel, apalagi begitu sampai di rumah saya tahu dompet yang disimpan di kantong plastik, disatukan dengan bumbu kue, telah raib.

Dan hari ini, lelaki yang gelisah dan si penabrak yang mencopet itu, mengembalikan dompet saya lewat celah di atas pintu. Setelah saya periksa, uang tiga ratus ribu lebih, cincin emas yang selalu saya simpan di dompet bila bepergian, dan surat - surat penting, tidak ada yang berkurang. 

Lama saya melihat dompet itu dan melamun. Seperti dalam dongeng. Seorang anak muda yang gelisah, yang siapa pun saya pikir akan mencurigainya, dalam situasi perekonomian yang morat - marit seperti ini, mengembalikan uang yang telah digenggamnya.

Bukankah itu ajaib, seperti dalam dongeng. Atau hidup ini memang tak lebih dari sebuah dongengan? Bersama dompet yang dimasukkan ke kantong plastik hitam itu saya menemukan surat yang dilipat tidak rapi. Saya baca surat yang berhari-hari kemudian tidak lepas dari pikiran dan hati saya itu.

Isinya seperti ini:

Ibu yang baik, maafkan saya telah mengambil dompet Ibu. Tadinya saya mau mengembalikan dompet Ibu saja, tapi saya tidak punya tempat untuk mengadu, maka saya tulis surat ini, semoga Ibu mau membacanya. Sudah tiga bulan saya berhenti sekolah. Bapak saya di-PHK dan tidak mampu membayar uang SPP yang berbulan-bulan sudah nunggak, membeli alat-alat sekolah dan memberi ongkos.

Karena kemampuan keluarga yang minim itu saya berpikir tidak apa-apa saya sekolah sampai kelas 2 STM saja. Tapi yang membuat saya sakit hati, Bapak kemudian sering mabuk dan judi buntut yang beredar sembunyi-sembunyi itu. 

Adik saya yang tiga orang, semuanya keluar sekolah. Emak berjualan goreng-gorengan yang dititipkan di warung-warung. Adik-adik saya membantu mengantarkannya. Saya berjualan koran, membantu-bantu untuk beli beras.

Saya sadar, kalau keadaan seperti ini, saya harus berjuang lebih keras. Saya mau melakukannya. Dari pagi sampai malam saya bekerja. Tidak saja jualan koran, saya juga membantu nyuci piring di warung nasi dan kadang (sambil hiburan) saya ngamen. Tapi uang yang pas-pasan itu (Emak sering gagal belajar menabung dan saya maklum), masih juga diminta Bapak untuk memasang judi kupon gelap. Bilangnya nanti juga diganti kalau angka tebakannya tepat.

Selama ini belum pernah tebakan Bapak tepat. Lagi pula Emak yang taat beribadah itu tidak akan mau menerima uang dari hasil judi, saya yakin itu. 

Ketika Bapak semakin sering meminta uang kepada Emak, kadang sambil marah - marah dan memukul, saya tidak kuat untuk diam. Saya mengusir Bapak. Dan begitu Bapak memukul, saya membalasnya sampai Bapak terjatuh - jatuh. Emak memarahi saya sebagai anak laknat. Saya sakit hati. Saya bingung. Mesti bagaimana saya? Saat Emak sakit dan Bapak semakin menjadi dengan judi buntutnya, sakit hati saya semakin menggumpal, tapi saya tidak tahu sakit hati oleh siapa.

Hanya untuk membawa Emak ke dokter saja saya tidak sanggup. Bapak yang semakin sering tidur entah di mana, tidak perduli. Hampir saya memukulnya lagi. Di jalan, saat saya jualan koran, saya sering merasa punya dendam yang besar tapi tidak tahu dendam oleh siapa dan karena apa. Emak tidak bisa ke dokter. Tapi orang lain bisa dengan mobil mewah melenggang begitu saja di depan saya, sesekali bertelepon dengan handphone. Dan di seberang stopan itu, di warung jajan bertingkat, orang - orang mengeluarkan ratusan ribu untuk sekali makan. Maka tekad saya, Emak harus ke dokter. Karena dari jualan koran tidak cukup, saya merencanakan untuk mencopet.

Berhari-hari saya mengikuti bus kota, tapi saya tidak pernah berani menggerayangi saku orang. Keringat dingin malah membasahi baju. Saya gagal jadi pencopet. Dan begitu saya melihat orang-orang belanja di toko, saya melihat Ibu memasukkan dompet ke kantong plastik. Maka saya ikuti Ibu. Di atas jembatan penyeberangan, saya pura-pura menabrak Ibu dan cepat mengambil dompet. Saya gembira ketika mendapatkan uang 300 ribu lebih. Saya segera mendatangi Emak dan mengajaknya ke dokter.

Tapi Ibu, Emak malah menatap saya tajam. Dia menanyakan, dari mana saya dapat uang. Saya sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu tabungan saya, atau meminjam dari teman. Tapi saya tidak bisa berbohong. Saya mengatakan sejujurnya, Emak mengalihkan pandangannya begitu saya selesai bercerita.

Di pipi keriputnya mengalir butir-butir air. Emak menangis. Ibu, tidak pernah saya merasakan kebingungan seperti ini. Saya ingin berteriak. Sekeras-kerasnya.

Sepuas-puasnya. Dengan uang 300 ribu lebih sebenarnya saya bisa makan - makan, mabuk, hura - hura. Tidak apa saya jadi pencuri. Tidak perduli dengan Ibu, dengan orang-orang yang kehilangan. Karena orang - orang pun tidak perduli kepada saya. Tapi saya tidak bisa melakukannya. Saya harus mengembalikan dompet Ibu. Maaf.”

Surat tanpa tanda tangan itu berulang kali saya baca. Berhari-hari saya mencari-cari anak muda yang bingung dan gelisah itu. Di setiap stopan tempat puluhan anak- anak berdagang dan mengamen. Dalam bus-bus kota. Di taman-taman. Tapi anak muda itu tidak pernah kelihatan lagi. Siapapun yang berada di stopan, tidak mengenal anak muda itu ketika saya menanyakannya.

Lelah mencari, di bawah pohon rindang, saya membaca dan membaca lagi surat dari pencopet itu. Surat sederhana itu membuat saya tidak tenang. Ada sesuatu yang mempengaruhi pikiran dan perasaan saya. Saya tidak lagi silau dengan segala kemewahan. Ketika Kang Yayan membawa hadiah-hadiah istimewa sepulang kunjungannya ke luar kota, saya tidak segembira biasanya. Saya malah mengusulkan oleh-oleh yang biasa saja. Kang Yayan dan kedua anak saya mungkin aneh dengan sikap saya akhir-akhir ini.

Tapi mau bagaimana, hati saya tidak bisa lagi menikmati kemewahan. Tidak ada lagi keinginan saya untuk makan di tempat - tempat yang harganya ratusan ribu sekali makan, baju-baju merk terkenal seharga jutaan, dan sebagainya. Saya menolaknya meski Kang Yayan bilang tidak apa sekali-sekali. Saat saya ulang tahun, Kang Yayan menawarkan untuk merayakan di mana saja. Tapi saya ingin memasak di rumah, membuat makanan, dengan tangan saya sendiri.

Dan siangnya, dengan dibantu Bi Nia, lebih seratus bungkus nasi saya bikin. Diantar Kang Yayan dan kedua anak saya, nasi-nasi bungkus dibagikan kepada para pengemis, para pedagang asongan dan pengamen yang banyak di setiap stopan. Di stopan terakhir yang kami kunjungi, saya mengajak Kang Yayan dan kedua anak saya untuk makan bersama. Diam-diam air mata mengalir di mata saya.

Yuni menghampiri saya dan bilang, “Mama, saya bangga jadi anak Mama.” Dan saya ingin menjadi Mama bagi ribuan anak-anak lainnya.

READ MORE - Kisah Seorang Pemuda Yang Penuh Makna

Kisah Nabi Hud dan Kaum Aad

"Aad" adalah nama bapa suatu suku yang hidup di jazirah Arab di suatu tempat bernama "Al-Ahqaf" terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Umman dan termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nabi Nuh serta terkenal dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan sasa. Mereka dikurniai oleh Allah tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir dari segala penjuru sehinggakan memudahkan mereka bercucuk tanam untuk bhn makanan mrk. dan memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga yang indah-indah.
Berkat kurnia Tuhan itu mereka hidup menjadi makmur, sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yang terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.  Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh kaum Hud ialah suku Aad ini adalah penghidupan rohaninya tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama "Shamud" dan "Alhattar" dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaan mereka dpt memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah.
Ajaran dan agama Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah tidak berbekas dalam hati, jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari. Kenikmatan hidup yang mereka sedang tenggelam di dalamnya berkat tanah yang subur dan menghasilkan yang melimpah ruah menurut anggapan mereka adalah kurniaan dan pemberian kedua berhala mereka yang mereka sembah.
Karenanya mereka tidak putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya sambil memohon perlindungannya dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit atau kekeringan.
Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu pergaulan hidup mereka menjadi dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis, di mana nilai-nilai moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan tindak-tanduk seseorang tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yang menonjol sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yang kuat menindas yang lemah yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa memeras yang di bawahnya.
Sifat-sifat sombong, congkak, iri-hati, dengki, hasut dan benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas kasihan, sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran masyarakat suku Aad tatkala Allah mengutuskan Nabi Hud sebagai nabi dan rasul kepada mereka.
Nabi Hud Berdakwah Di Tengah-tengah Sukunya: Sudah menjadi sunnah Allah sejak diturunkannya Adam Ke bumi bahwa dari masa ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yang sesat sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Nabi-nabi-Nya diutuslah seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi-nabi yang sebelumnya mengembalikan masyarakat yang sudah tersesat ke jalanlurus dan benar dan mencuci bersih jiwa manusiadari segala tahayul dan syirik menggantinya dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah yang sesuia dengan fitrah.   Demikianlah maka kepada suku Aad yang telah dimabukkan oleh kesejahteraan hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenalkan Tuhannya yang mengurniakan itu semua. Di utuskan kepada mereka Nabi Hud seorang drp suku mereka sendiri dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh terkenal sejak kecilnya dengan kelakuan yang baik budi pekerti yang luhur dan sgt bijaksana dalam pergaulan dengan kawan-kawannya.
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekeliling mereka dan bahawa Allahlah yang mencipta mereka semua dan mengurniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur, air yang mengalir serta tubuh-tubuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka perbuat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang sewaktunya dpt mereka hancurkan sendiri dan memusnahkannya dari pandangan.
Di terangkan oleh Nabi Hud bahwa dia adalah pesuruh Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar beriman kepada Allah yang menciptakan mereka menghidup dan mematikan mereka memberi rezeki atau mencabutnya drp mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang benar.
Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahawa jika mrk tetap menutup telinga dan mata mrk menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh Allah sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang mati binasa tenggelam dalam air bah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian dan kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.
Bagi kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak pernah mrk dengar ataupun menduga. Mereka melihat bahawa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah sama sekali cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka.
Mereka tercengang dan merasa hairan bahawa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak kenal dan tidak dpt dimengertikan dan diterima oleh akal fikiran mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dengan berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hinaan yang diterimanya dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.
Berkatalah kaum Aad kepada Nabi Hud:"Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah yang engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami meninggalkan persembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini dan menyembah tuhan mu yang tidak dpt kami jangkau dengan pancaindera kami dan tuhan yang menurut kata kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yang kami lakukan ini ialah yang telah kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak sesekali kami tidak akan meninggalkannya bahkan sebaliknya engkaulah yang seharusnya kembali kepada aturan nenek moyangmu dan jgn mencederai kepercayaan dan agama mereka dengan memebawa suatu agama baru yang tidak kenal oleh mereka dan tentu tidak akan direstuinya."
Wahai kaumku! jawab Nabi Hud,Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini kepada kamu untuk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan pancainderamu namun kamu dpt melihat dam merasakan wujudnya dalam diri kamu sendiri sebagai ciptaannya dan dalam alam semesta yang mengelilingimu beberapa langit dengan matahari bulan dan bintang-bintangnya bumi dengan gunung-ganangnya sungai tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang kesemuanya dpt bermanfaat bagi kamu sebagai manusia. Dan menjadi kamu dpt menikmati kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan menundukkan kepala kamu kepada-Nya.Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak beranak dan diperanakan yang walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan pancainderamu, Dia dekat drp kamu mengetahui segala gerak-geri dan tingkah lakumu mengetahui isi hati mu denyut jantungmu dan jalan fikiranmu. Tuhan itulah yang harus disembah oleh manusia dengan kepercayaan penuh kepada Keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya dan bukan patung-patung yang kamu perbuat pahat dan ukir dengan tangan kamu sendiri kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang yang pasif tidak dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau merugikan kamu. Alangkah bodohnya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap mempertahankan agamamu yang sesat itu dan menolak ajaran dan agama yang telah diwahyukan kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu."
Wahai Hud! jawab kaumnya,"Gerangan apakah yang menjadikan engkau berpandangan dan berfikiran lain drp yang sudah menjadi pegangan hidup kami sejak dahulu kala dan menjadikan engkau meninggalkan agama nenek moyangmu sendiri bahkan sehingga engkau menghina dan merendahkan martabat tuhan-tuhan kami dan memperbodohkan kami dan menganggap kami berakal sempit dan berfikiran dangkal? Engkau mengaku bahwa engkau terpilih menjadi rasul pesuruh oleh Tuhanmu untuk membawa agama dan kepercayaan baru kepada kami dan mengajak kami keluar dari jalan yang sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus. Kami merasa hairan dan tidak dpt menerima oleh akal kami sendiri bahwa engkau telah dipilih menjadi pesuruh Tuhan. Apakah kelebihan kamu di atas seseorang drp kami , engkau tidak lebih tidak kurang adalah seorang manusia biasa seperti kami hidup makan minum dan tidur tiada bedanya dengan kami, mengapa engkau yang dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau menurut anggapan kami seorang pendusta besar atau mungkin engkau berfikiran tidak sihat terkena kutukan tuhan-tuhan kami yang selalu engkau eje hina dan cemuhkan.
"Wahai kaumku! jawab Nabi Hud, "aku bukanlah seorang pendusta dan fikiran ku tetap waras dan sihat tidak krg sesuatu pun dan ketahuilah bahwa patung-patungmu yang kamu pertuhankan itu tidak dpt mendatangkan sesuatu gangguan atau penyakit bagi bandaku atau fikiranku. Kamu kenal aku, sejak lama aku hidup di tengah-tengah kamu bahawa aku tidak pernah berdusta dan bercakap bohong dan sepanjang pergaulanku dengan kamu tidak pernah terlihat pd diriku tanda-tanda ketidak wajaran perlakuanku atau tanda-tanda yang meragukan kewarasan fikiranku dan kesempurnaan akalku.
Aku adalah benar pesuruh Allah yang diberi amanat untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah tersesat kemasukan pengaruh ajaran Iblis dan sudah jauh menyimpang dari jalan yang benar yang diajar oleh nabi-nabi yang terdahulu karena Allah tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terlalu lama terlantar dalam kesesatan dan hidup dalam kegelapan tanpa diutuskan seorang rasul yang menuntun mereka ke jalan yang benar dan penghidupan yang diredhai-Nya. Maka percayalah kamu kepada ku gunakanlah akal fikiran kamu berimanlah dan bersujudlah kepada Allah Tuhan seru sekalian alam Tuhan yang menciptakan kamu menciptakan langit dan bumi menurunkan hujan bagi menyuburkan tanah ladangmu, menumbuhkan tumbuh0tumbuhan bagi meneruskan hidupmu.
Bersembahlah kepada-Nya dan mohonlah ampun atas segala perbuatan salah dan tindakan sesatmu, agar Dia menambah rezekimu dan kemakmuran hidupmu dan terhindarlah kamu dari azab dunia sebagaimana yang telah dialami oleh kaum Nuh dan kelak azab di akhirat. Ketahiulah bahawa kamu akan dibangkitkan kembali kelak dari kubur kamu dan dimintai bertanggungjawab atas segala perbuatan kamu di dunia ini dan diberi ganjaran sesuai dengan amalanmu yang baik dan soleh mendpt ganjaran baik dan yang hina dan buruk akan diganjarkan dengan api neraka. Aku hanya menyampaikannya risalah Allah kepada kamu dan dengan ini telah memperingati kamu akan akibat yang akan menimpa kepada dirimu jika kamu tetap mengingkari kebenaran dakwahku.
"Kaum Aad menjawab: " Kami bertambah yakin dan tidak ragu lagi bahawa engkau telah mendpt kutukan tuhan-tuhan kami sehingga menyebabkan fikiran kamu kacau dan akalmu berubah menjadi sinting. Engkau telah mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal bahwa jika kami mengikuti agamamu, akan bertambah rezeki dan kemakmuran hidup kami dan bahawa kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami dan menerima segala ganjaran atas segala amalan kami.Adakah mungkin kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami setelah kami mati dan menjadi tulang-belulang. Dan apakah azab dan seksaan yang engkau selalu menakut-nakuti kami dan mengancamkannya kepada kami? Semua ini kami anggap kosong dan ancaman kosong belaka. Ketahuilah bahwa kami tidak akan menyerah kepadamu dan mengikuti ajaranmu karena bayangan azab dan seksa yang engkau bayang-bayangkannya kepada kami bahkan kami menentang kepadamu datangkanlah apa yang engkau janjikan dan ancamkan itu jika engkau betul-betul benar dalam kata-katamu dan bukan seorang pendusta.
"Baiklah! jawab Nabi Hud," Jika kamu meragukan kebenaran kata-kataku dan tetap berkeras kepala tidak menghiraukan dakwahku dan meninggalkan persembahanmu kepada berhala-berhala itu maka tunggulah saat tibanya pembalasan Tuhan di mana kamu tidak akan dpt melepaskan diri dari bencananya. Allah menjadi saksiku bahwa aku telah menyampaikan risalah-Nya dengan sepenuh tenagaku kepada mu dan akan tetap berusaha sepanjang hayat kandung bandaku memberi penerangan dan tuntunan kepada jalan yang baik yang telah digariskan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya."
Pembalasan Allah Atas Kaum Aad   Pembalasan Tuhan terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua perinkat.Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mrk, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya.Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih lagi memberi kesempatan kepada mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mrk dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mrk yang bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan terhindar mrk dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mahu percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan ari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mrk terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawapan dengan dtgnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena dikiranya bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud itu bahawa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini hilir mudik mencari perlindungan .Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan riwayatnya dalam keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi umat-umat yang akan datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau bilau dan tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau bilau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan. Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah " Al-Ahqaf " sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Syaaban pada setiap tahun.
Kisah Nabi Hud Dalam Al-Quran   Kisah Nabi Hud diceritakan oleh 68 ayat dalam 10 surah di antaranya surah Hud, ayat 50 hingga 60 , surah " Al-Mukminun " ayat 31 sehingga ayat 41 , surah " Al-Ahqaaf " ayat 21 sehingga ayat 26 dan surah " Al-Haaqqah " ayat 6 ,7 dan 8.
Pengajaran Dari Kisah Nabi Hud A.S.   Nabi Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik yang patut ditiru dan diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama.Beliau menghadapi kaumnya yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh kesabaran, ketabahan dan kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan kata-kata kasar mereka dengan serupa tetapi menolaknya dengan kata-kata yang halus yang menunjukkan bahawa beliau dapat menguasai emosinya dan tidak sampai kehilangan akal atau kesabaran.   Nabi Hud tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan menuduhnya telah menjadi gila dan sinting. Ia dengan lemah lembut menolak tuduhan dan ejekan itu dengan hanya mengata:"Aku tidak gila dan bahawa tuhan-tuhanmu yang kamu sembah tidak dapat menggangguku atau mengganggu fikiranku sedikit pun tetapi aku ini adalah rasul pesuruh Allah kepadamu dan betul-betul aku adalah seorang penasihat yang jujur bagimu menghendaki kebaikanmu dan kesejahteraan hidupmu dan agar kamu terhindar dan selamat dari azab dan seksaan Allah di dunia mahupun di akhirat."
Dalam berdialog dengan kaumnya.Nabi Hud selalu berusaha mengetok hati nurani mereka dan mengajak mereka berfikir secara rasional, menggunakan akal dan fikiran yang sihat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat diterima oleh akal mereka tentang kebenaran dakwahnya dan kesesatan jalan mereka namun hidayah iu adalah dari Allah, Dia akan memberinya kepada siapa yang Dia kehendakinya. (suaramedia.com)

READ MORE - Kisah Nabi Hud dan Kaum Aad