Abu Nawas yang nampak lucu dan sering menyenangkan orang itu ternyata bisa berubah menjadi garang dan ganas serta mampu membalas dendam terhadap orang yang mengusiknya

Telah Berpulang ke Rahmatullah Pemegang Kunci Ka’bah Syeikh Abdul Qadir bin Taha Al-Shaibi dan Sejarah Pemegang Kunci Ka’bah


Telah berpulang ke Rahmatullah, Syeikh Abdul Qadir bin Taha Al-Shaibi pemegang kunci Ka’bah pada hari Kamis (23/10/2014) dalam usia 75 tahun.

Jenazah Syeikh Al-Shaibi dimakamkan di Mualla, Makkah, setelah dishalatkan di Masjidil Haram yang diikuti oleh banyak warga masyarakat bersama para pejabat, serta sanak keluarganya.

Pemegang kunci Ka’bah itu wafat di Rumah Sakit Garda Nasional Raja Khalid di Jeddah pada hari Kamis pagi. Ajalnya datang di tengah persiapan rutin pencucian Ka’bah yang akan dilakukan pada 15 Muharram 1436 H (8 Nopember) mendatang, lansir Saudi Gazette.

Syeikh Al-Shaibi diangkat menjadi pemegang kunci Ka’bah senior setelah kematian pamannya dari garis keturunan ayah, Abdul Aziz Al-Shaibi, empat tahun lalu.

Tahun kemarin, Syeikh Abdulrahman Al-Sudais pimpinan lembaga pengurus dua masjid suci menyerahkan kunci baru kepada Syeikh Al-Shaibi. Kunci yang dibuat 30 tahun silam diganti setelah pihak berwenang menemukan karat pada kunci tersebut.

Dr Saleh bin Taha Al-Shaibi, anggota tertua dari keluarga Shaibi, akan menjadi pemegang kunci Ka’bah yang baru.

Keluarga Shaibi secara tradisi sudah menjadi pemegang kunci Ka’bah sejak zaman pra-Islam. Kemulian dan tanggung jawab itu ditegaskan pada masa Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keluarga Shaibi saat ini merupakan keturunan dari Utsman bin Talhah yang hidup semasa Rasulullah.

Sejarah pemegang kunci Ka’bah

Ketika Rasulullah dan Muslimin berhasil menaklukkan Makkah, Rasulullah pergi ke Ka’bah. Pintu Ka’bah ternyata dalam keadaan terkunci.

Seiring dengan kedatangan Rasulullah, orang-orang Makkah kemudian banyak yang masuk Islam. Mereka memberitahu bahwa kunci Ka’bah dipegang oleh Utsman bin Talhah.

Secara tradisi kunci dipegang oleh Utsman bin Talhah, yang kala itu belum memeluk Islam. Utsman sendiri ketika Rasulullah dan kaum Muslimin datang sudah naik dan berada di atap Ka’bah.

Shahabat Ali bin Abi Thalib (ra) kemudian meminta kunci itu dari Utsman.

Menjawab permintaan itu Utsman bin Talhah justru mengatakan “jika aku meyakini bahwa Muhammad seorang utusan Allah, maka pintu Ka’bah sudah sejak dulu aku buka.” Dengan kata lain, Utsman mengatakan bahwa dia tidak percaya dengan kerasulan Nabi Muhammad dan oleh karenanya dia tidak akan membuka pintu Ka’bah.

Ali bin Abi Thalib akhirnya berhasil merebut kunci Ka’bah dari tangan Utsman.

Ali lalu membuka pintunya dan Rasulullah pun masuk ke dalam Ka’bah.

Di dalam Ka’bah Rasulullah melakukan shalat dua rakaat.

Saat itu hadir pula paman Rasulullah yang bernama Ibnu Abbas (ra).

Ibnu Abbas berkata kepada Rasulullah bahwa dia dan keluarganya bertanggungjawab menyediakan air untuk para jamaah haji. Menuangkan air menghilangkan dahaga para jamaah haji yang kehausan. Jika Rasulullah memberikan kunci Ka’bah kepadanya, kata Ibnu Abbas, maka keluarganya akan memiliki dua kehormatan. Pertama, menyediakan air bagi jamaah haji. Kedua, membuka pintu Ka’bah serta menutup dan menguncinya ketika diperlukan.

Kemudian malaikat Jibril turun membawa wahyu di dalam Ka’bah. Yang intinya menyebutkan bahwa Allah memerintahkan untuk mengembalikan kunci Ka’bah kepada pemiliknya, orang yang diberi amanat untuk menyimpannya. Artinya, kunci harus dikembalikan kepada Utsman bin Talhah.

Rasulullah kemudian memerintahkan Ali agar mengembalikan kunci itu ke Utsman dan berpesan agar Ali meminta maaf karena sudah merebutnya dari tangan Utsman.

Ali pun menghadap Utsman seraya berkata, “Ya Utsman, ini kuncinya. Dan kami menyampaikan permohonan maaf karena kami salah telah merebut kunci itu darimu.”

Utsman bin Talhah terkejut bukan kepalang.

Utsman bertanya kepada Ali mengapa dia tiba-tiba bersikap sangat baik kepadanya, padahal sebelumnya dia bersikap kasar merebut kunci itu dari tangannya.

Ali menjawab bahwa sudah turun ayat al-Qur`an dari Allah yang memerintahkan agar kunci itu dikembalikan kepada pemiliknya. Oleh karena itu, kunci tersebut dikembalikan kepada Utsman.

Mendengar penjelasan Ali, Utsman bin Talhah langsung mengucapkan dua kalimat syahadat, menyatakan dirinya beriman kepada Allah dan Muhammad sebagai rasul-Nya.

Malaikat Jibril kembali menemui Rasulullah.

Jibril membawa perintah dari Allah (bukan wahyu berupa ayat al-Qur`an), yang isinya memerintahkan agar Rasulullah bangkit dan memberitahu Utsman bin Talhah bahwa kunci Ka’bah akan tetap berada di tangannya dan seterusnya dipegang oleh anak keturunan dari keluarganya hingga hari kiamat.

Pada masa sekarang ini, keluarga keturunan Utsman bin Talhah senantiasa dikawal polisi dan dilindungi oleh pemerintah Arab Saudi. ( hidayatullah.com )

No comments :

Post a Comment