Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid seorang wanita kaya dan pedagang besar. Ia bekerja sama dengan laki-laki untuk bagi hasil barang dagangannya. Karena wanita di masa itu tidak terbiasa keluar jauh
Khadijah binti Khuwailid dilahirkan di Mekah tahun 68 sebelum hijrah. Ia berasal dari keluarga bangsawan Quraisy. Khadijah dididik dengan akhlak mulia dan terhormat sebagai seorang wanita. Sehingga tumbuhlah ia dengan karakter yang kuat, cerdas, dan menjaga kehormatan.
Ketika Khadijah dan Muhammad telah sepakat bekerja sama, Khadijah menyertakan seorang budak laki-lakinya yang bernama Maisaroh untuk membawa barang dagangan itu hingga ke Syam.
Di daerah Romawi itu, Muhammad bin Abdullah berteduh di bawah pohon dekat dengan kuil milik seorang pendeta. Si pendeta datang mendekati Maisaroh.
Ia berkata, “Siapa laki-laki yang berteduh di bawah pohon itu?”
“Ia seorang laki-laki Quraisy dari penduduk al-Haram”, jawab Maisaroh. Si pendeta berkata lagi, “Tak seorang pun yang singgah di bahwa pohon ini kecuali seorang nabi.”
Maisaroh terperanjat berdagang dengan Muhammad karena mendapat berkah dan untung berlipat. la pun mengabarkan tentang kemuliaan akhlak Muhammad bin Abdullah dan sifat-sifatnya yang istimewa, kepada Khatijah.
Sebelumnya Khadijah telah menikah dua kali. Pertama menikah dengan Atiq bin A’id al-Makhzumi, kemudian ia meninggal.
Dan yang kedua, dengan Abu Halah bin Nabbasy at-Tamimi, yang juga meninggal.
Akhirnya Khatijah menikah lagi dengan Muhammad.
Kedua pasangan mulia ini terus bersama hingga Khadijah wafat di usia 65 tahun. Dan Rasulullah berusia 50 tahun. Ini adalah masa terlama kebersamaan nabi bersama istrinya, dibanding dengan istri-istri yang lain.
Nabi tak menikahi wanita lain saat bersama Khadijah. Hal itu karena kemuliaan yang dimiliki Khadijah.
Ia juga memberi beliau putra dan putri. Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan si bungsu Fatimah adalah buah dari pernikahan keduanya.
Allah Ta’ala menganugerahkan Khadijah hati dan ruh yang suci dan cahaya keimanan.
Ketika Rasulullah menerima wahyu pertama,Khatijah menjadi orang pertama yang berperan penting menenangkan Nabi yang sedang ketakutan dan gemetaran
Kemudian ia mengajak Nabi menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal.
Di masa jahiliyah, Waraqah adalah seorang laki-laki Nasrani. Ia menulis Injil dengan Bahasa Arab. Dan ia sudah tua sampai-sampai buta karena ketuaannya. Ia memberi kabar baik kepada Nabi.
Waraqah bercerita bahwa apa yang baru saja beliau jumpai adalah an-Namus (Jibril) yang juga datang menemui Musa.
Dalam keadaan yang aneh dan membingungkan itu, Khadijah lah orang pertama yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Melalui wanita mulia ini, Allah berikan banyak jalan keluar dan kemudahan untuk beliau.
Saat ia pulang mendakwahkan risalahnya, Khadijah selalu membuatnya jiwa kembali teguh dan bersemangat. Meringankan dan membenarkannya di saat orang-orang mendustakannya.
Setelah memeluk Islam,Khatijah mengorbankan hidupnya dari tenang dan nyaman, berubah menjadi kehidupan penuh cobaan dan tantangan.
Ketika orang-orang Quraisy memboikot dan mengasingkan bani Hasyim ke pinggiran Mekah, Khadijah tak ragu pergi bersama suaminya.
Waktu pengasingan dan boikot tersebut bukanlah waktu yang singkat. Bani Hasyim begitu menderita, kekurangan makanan, sampai-sampai mereka makan dedaunan karena tak ada makanan. Mereka seolah-olah akan mati kelaparan.
Dalam keadaan tersebut, Khadijah yang bukan bagian dari Bani Hasyim, tetap menemani sang suami.
Inilah jalan dakwah, tidak mudah. Sehingga pasangan hidup orang-orang yang meniti jalan dakwah pun adalah orang-orang yang tangguh dan memiliki keutamaan
1. Rasulullah dengan lisannya sendiri memuji kemuliaan Khadijah.
"Dari Anas bin Malik , Rasulullah bersabda "Cukup bagimu 4 wanita terbaik di dunia: Maryam bintu Imran (Ibunda nabi Isa), Khadijah bintu Khuwailid, Fatimah bintu Muhammad, dan Asiyah Istri Firaun.” (HR. Ahmad 12391, Turmudzi 3878)
2. Allah menitip salam untuknya melalui Jibril
"Wahai Rasulallah, Ini Khadijah telah datang. Bersamanya sebuah bejana yang berisi lauk, makanan, dan minuman. Jika dirinya sampai katakan padanya bahwa Rabbnya dan diriku mengucapkan salam untuknya. Dan kabarkan pula bahwa untuknya rumah di surga dari emas yang nyaman tidak bising dan merasa capai.” (HR. Bukhari no: 3820. Muslim no: 2432 dari Abu Hurairah)
3. Nabi menganggap mencintainya adalah karunia.
"Sungguh Allah telah menganugrahkan kepadaku rasa cinta kepada Khadijah.” (HR. Muslim no 2435)
Ummul Mukminin Khadijah wafat tiga tahun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah. Saat itu beliau berusia 65 tahun. Rasulullah sendiri yang turun memakamkan jenazah sang istri tercinta.
Wafatnya Ummul Mukminin Khadijah sangat berdekatan waktunya dengan wafatnya Abu Thalib. Rasulullah benar-benar merasa sedih dengan wafatnya dua orang yang beliau cintai ini.
Dua orang penolong dakwahnya. Ditambah lagi, sang paman wafat dalam keadaan berada di atas agama nenek moyangnya. Karena begitu sedihnya Rasulullah, tahun ini pun dinamakan Tahun Kesedihan. ( Sumbet : KisahMuslim.com)
No comments:
Post a Comment